Jumat, 04 April 2014

Kisah Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali ....Bertanya :
 
Suatu ketika Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka.

“Apakah yang paling dekat dengan diri kita?”

Beragam jawaban datang dari para muridnya. Murid pertama menjawab, “Orangtua kita.” Murid kedua menjawab, “Guru kita.” Murid ketiga menjawab, “Teman dekat kita.” Murid keempat menjawab, “Kerabat kita.”

Imam Al-Ghazali menanggapi jawaban-jawaban itu dengan bijaksana, “Semua jawaban kalian benar. Tetapi, yang kumaksud bukan itu. Sesuatu yang paling dekat dengan kita ialah kematian.”

Saking dekatnya, kematian sering kali menghampiri seseorang dengan tiba-tiba dan tak terduga, kapan saja, dan di mana saja. Kematian lebih dekat daripada urat nadi kita sendiri. Kedatangannya tidak bisa ditunda. Kita tidak bisa berlari menjauh darinya, dan jika ia sudah mendekap, kita tidak bisa melepaskan diri darinya. Allah telah berjanji, Setiap yang bernyawa pasti akan mati (Al Imrân: 185).

Imam Ghazali kembali bertanya, “Apa yang paling jauh dari kita?”

Murid pertama menjawab, “Yang paling jauh dari kita adalah negeri Cina.” Murid kedua menjawab, “Bulan.” Murid ketiga menjawab, “Matahari.” Murid keempat menjawab, “Bintang-bintang.”

Imam Ghazali mendengarkan semua jawaban tersebut. Sambil mengangguk-angguk, beliau bentutur, “Semua jawaban kalian benar. Tetapi, menurutku, yang paling jauh dalam hidup kita adalah waktu yang telah berlalu. Bagaimanapun kita dan apa pun kendaraan kita, kita tak dapat mengejar dan kembali bertemu dengan waktu yang telah berlalu.”

Pukul sembilan yang kita jalani pada hari ini bukanlah pengulangan dari jam sembilan kemarin. Hari Jumat yang ada di hadapan kita bukanlah pengulangan dari hari Jumat kemarin. Semua yang berlalu akan menjadi masa lalu, meski baru sedetik berlalu, dan tidak akan pernah berulang. Dan, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya dari kita.

Oleh sebab itu, agar tidak menyesal pada kemudian hari, kita harus menjaga hari ini, hari esok, dan hari-hari yang akan datang dengan sebaik-baiknya.

Imam Ghazali lalu bertanya lagi, “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid pertama menjawab, “Gunung.” Murid kedua menjawab, “Matahari.” Murid ketiga menjawab, “Bumi.”

Imam Ghazali menanggapi, “Semua jawaban kalian itu benar, tetapi menurutku, yang paling besar adalah hawa nafsu.”

Banyak orang hebat sanggup menghadapi Segala tantangan, sebesar apa pun itu. Tetapi tak banyak orang yang mampu menghadapi hawa nafsu. Punya hati, mata, telinga, dan pikiran tetapi Semuanya tunduk kepada hawa nafsu.

Bukankah Allah berfirman, Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat kebesaran tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih rendah lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (al-A’râf: 179).

Maka dari itu, kita harus hati-hati dan senantiasa mengarahkan nafsu kita ke jalan yang baik. Jangan sampai ia menyeret kita ke jurang neraka jahanam.

Imam Al-Ghazali kemudian bertanya lagi, “Apa yang paling berat di dunia ini?” Murid pertama menjawab, “Tumpukan baja.” Murid kedua menjawab, “Gulungan besi.” Murid ketiga menjawab, “Gajah.”

Imam A1-Ghazali menimpali, “Semua yang kalian sampaikan itu bisa saja benar tetapi yang paling berat menurutku adalah memegang amanah.”

Oleh karena itu, banyak orang hebat terjungkal karenanya. Mereka dipenjara gara-gara menyelewengkan amanah.

Allah menegaskan, Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah menawari mereka menjadi khalifah di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah (al-Ahzab: 72).

Imam A1-Ghazali bertanya lagi, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”

Murid pertama menjawab, “Yang paling ringan di dunia ini adalah kapas.” Murid kedua menjawab, “Angin.” Murid ketiga menjawab, “Debu.” Murid keempat menjawab, “Daun-daun kering.”

Imam Al-Ghazali menimpali, “Semua jawaban kalian benar, tetapi menurutku yang paling ringan di dunia adalah meninggalkan shalat.

Gara-gara pekerjaan sepele, banyak orang gampang meninggalkan shalat. Bahkan, kita sering jumpai orang yang tidak melakukan shalat tanpa alasan apa pun kecuali malas. Padahal, dia mengaku muslim.

Imam Al-Ghazali bertanya lagi, “Apa yang paling tajam di dunia ini?” Murid-murid serentak menjawab, “Pedang.” Imam A1-Ghazali menjawab, “Itu benar, tetapi yang paling tajam di dunia adalah lidah. Begitu tajamnya, ia mudah melukai siapa saja. Melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan perasaan saudaranya sendiri. “

Sahabatku : .....Renungkanlah ,,,

0 komentar:

Posting Komentar